HUJAN
#Cerita1
sejenak singgah lalu pergi |
Hujan jatuh ke bumi tanpa membisu. Menandakan kamu harus menghindarinya secepat mungkin. Sebab dia membawa kebahagiaan namun bisa meninggalkan luka. Sama seperti jatuh cinta. Datang tiba-tiba pergi pun tak coba-coba. Oleh sebab itu, jangan mudah menaruh hati kepada seorang kalau tak ingin membuat luka. Namun putaran cinta akan selalu ada, sebab mencintai hanya butuh 3 detik saja.
Matahari
mulai keluar dari peradabannya. Suara alarm berbunyi sejak pukul 5 pagi tadi,
tetapi Leya belum juga bangun dari penjelajahan mimpinya. Dibalik tirai putih
cahaya matahari mengelus wajah putih gadis itu. Bibir merah dengan mata
coklatnya yang siapa saja ingin terus memandangnya. Suara wanita paruh baya
yang sejak dari tadi membangunkannya mulai tidak terdengar lagi. Dan gadis itu
terbangun saat kucingnya yang bernama “bom-bom”
mulai menyelinap masuk ke selimutnya. Matanya mulai tertuju kearah jam dan
melihat pukul setengah 7 pagi. Gadis itu langsung berlari dan pergi ke kamar
mandi. Dia tergesa-gesa karena ini hari pertama dia menjadi mahasiswa. Tanpa sarapan
terlebih dahulu,dia langsung pamitan dan langsung berangkat dengan berlari
kecil. Leya baru saja merayakan hari ulang tahunnya yang ke-18 tahun dan baru
saja diterima di Universitas impiannya. Itu bagaikan kado paling istimewa yang
diterima dalam hidupnya.
Leya
hanya tinggal bersama ibunya. Orang tuanya bercerai saat dia baru merayakan
ulang tahunnya yang ke-13 tahun. Sejak saat itu, kepribadiannya mulai sedikit
berubah. Dan dia mulai membenci hari ulang tahunnya. Karna baginya, merayakan
hari ulang tahunnya itu sama saja merayakan hari perpisahan kedua orang tuanya.
Dia juga mulai membenci sosok yang bernama laki-laki.
“Semua laki-laki itu sama” kata yang sering dia lontarkan kepada ibunya saat ibunya ingin
menikah lagi.
Sebelum
masuk perkuliahan, mahasiswa di wajibkan untuk mengikuti OSPEK selama satu minggu dan
harus tiba sebelum pukul 7 pagi. Dalam OSPEK tersebut, tidak hanya pengenalan kampus
tetapi juga mahasiswa diminta untuk saling mengenal satu sama lain. oleh karena
itu semua mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok tertentu. Leya kebagian
kelompok 2 merah. Kelompok itu di bagi lagi menjadi kelompok yang di sebut
kelompok sahabat, terdiri dari 5 cowok dan 3 cewek. Dia merasa sedikit risih
karna kelompok sebelumnya masih kebanyakan cewek.Tugasnya tidak rumit, mereka
diminta membuat poster tentang Krisis Pangan dan berfoto di beberapa tempat
yang menjadi ciri khas kampus itu.
Hari
kedua sampai hari ketujuh tak seburuk hari pertama yang leya hadapi. Dari mulai
pukul 5 Leya sudah bersiap-siap menuju kampus. Perkenalan kampus hampir selesai.
Saat menyelesaikan tugas akhir poster dan mau balik ke rumah, tiba-tiba hujan
turun dengan deras nya. Leya tidak begitu panic karna dia selalu membawa payung. Karna siapa
yang tidak kenal dengan kota hujan.
”
Walaupun siangnya terik, hujan tiba-tiba saja turun tanpa tau kapan harus jatuh
dan reda,begitulah kota bogor” sahut Leya dalam hati.
Saat
Leya membuka payungnya, tiba-tiba dari arah belakang sosok laki-laki berlari dan
merampas payung miliknya.
“
Bolehkah aku berteduh sejenak?? ( sambil menatap kearah mata Leya)
Leya
kaget dan kaku tidak bisa mengalihkan pandangannya. Matanya membaca pikiran
laki-laki itu. Dan mengangguk tanpa membantah sedikitpun.
“iyaa”
dengan lembutnya dia menjawab
Leya
baru tersadar bahwa laki-laki itu adalah salah satu kelompok sahabatnya.
Namanya Angga satu fakultas dengannya. Di bawah payung hitam miliknya, Leya sedikit
pun tak mengelurkan suara. Entahh karna dia benci atau malu untuk berbincang
dengan Angga. Tetapi dalam pikirannya Leya, jelas terngiang bahwa ini pertama
kalinya dia tak memiliki jarak dengan seorang laki-laki sejak kepergiannya
ayahnya. Tetapi pandangan itu membuat Leya tak berpikir jernih, seolah-olah dia
dibawa kealam dimana kasih sayang ayahnya sangatlah besar sebelum menginjak
umurnya yang ke-13 tahun itu. Hembusan angin dan rintikan hujan saat itu
membuat suasana semakin ingin membuatnya kembali kemasa bahagianya dulu yang
penuh dengan kebahagiaan. Sejak saat itu, bagaikan hujan sengaja turun untuk
pertemuan kita saat senja mulai menghilang di balik gedung kampus.
Pagi-pagi
Leya sudah siap berangkat dan berpamitan kepada ibunya. Leya sedikit berubah
sejak pagi tadi, dia mulai berbicara halus kepada ibunya. Tak membicarakan
seorang laki-laki lagi. Tak mencaci ayahnya lagi. Tak lagi mengusik tentang
pernikahan ibunya lagi. Ibunya merasa aneh dan beranggapan Leya sedang
dirasuki. Dan ternyata sejak pertemuan Leya dengan Angga itulah yang membuat
Leya berubah 180 derajat dan kembali seperti Leya berumur 13 tahun.
Hari-
hari Leya tidak lagi seburam sejak dia membenci ayahnya. Leya mulai menerima
keadaan. Ibunya sangat bahagia dengan hal itu. Leya pun mulai cerita-cerita
tentang pengalaman kuliah kepada ibunya. Bahkan dia selalu tidur di pangkuan
ibunya setiap malam dia cerita.
satu bulan berlalu…..
Saat Leya sibuk-sibuknya kuliah. Angga
tiba-tiba mengirim pesan kepada Leya.
Angga: “Hi …..”
Angga: “eeh
sorry gue salah kirim”
Angga: “Ini Leya
bukan???”
Angga: “eeh
salah orang yaaa… sorry”
Leya: “ya,,, ada
apa ga??”
Angga: “Aku suka
kamu sejak hujan turun pada saat itu”
Deghh……
Leya tertegun
melihat pesan masuk itu, dia ingin membalasnya. Tetapi bingung ingin membalas
apa.
Leya: “Maksudnya
apa ya ga???”
Angga: “Payung
kamu bagus, beli dimana??”
Dan Leya
seolah-lah perasaannya dimainkan saat itu. Dia pun tidak membalas pesan Angga
lagi.
Saat
Leya turun dari kamar dan mau berpamitan, tiba-tiba sesosok laki-laki sudah duduk
menunggunya dan sedang mengobrol asyik dengan ibunya Leya. Siapa lagi kalau
bukan Angga. Dia sedikit malu dengan ibunya dan segera menyusul ke arah mereka
dan menyela pembicaraan mereka.
Leya: “ada apa
ini. Kenapa pagi-pagi kamu sudah ada disini???”
Ibu: “ini toh
temen yang sering kamu ceritakan setiap malam ke ibu ,,,,”
Angga: “waaahhhh,,
benarkah tante??”
Dan seketika itu
Leya berpamitan dan berangkat dengan berlari.
Leya: “Leya
berangkat ya buk,,, maaf gak bisa sarapan bareng…”
Angga
juga berpamitan dan menyusul Leya sambil ikut berlari. Tiba-tiba menarik tangan
Leya sampai Leya berbalik kearahnya. Sejenak tatapan mereka mengartikan bahwa ada kilatan cinta dikedua mata mereka.
Leya
tak lagi menyembunyikan perasaan sukanya. Mereka sama-sama suka sejak mereka
berada di bawah payung yang sama. Bahkan saat hujan turun, Angga selalu mengingatkan Leya
bahwa dia tak ingin hujan ini reda,karna dia ingin menikmatinya bersama Leya
dibawah payung yang sama. Tetapi jika hujan ini reda, mungkin akan ada pelangi diantara kita.
Angga
mengajak Leya keluar makan malam berdua. Ini adalah first time bagi Leya, karna
keluar berdua bersama laki-laki terakhir bersama ayahnya 5 tahun yang lalu.
Setelah
makan malam itu, Angga tak lagi memberikan kata-kata manis setiap hari. Pagi,
siang, malam Leya selalu menunggu balasan pesan dari Angga. Tetapi Angga menghilang
seperti hujan saat matahari mulai menampakkan dirinya.
Ketika
Leya pulang dari kampus, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Leya lupa membawa
payung pertama kalinya. Dia berlari kecil sambil mencari tempat untuk berteduh.
Dan memilih halte bis dekat fakultas. Suasana hening dan sepi, hanya dia
sendiri ditempat itu. Dari jarak jauh terlihat sesosok wanita dan laki-laki
berlari kecil kearah halte tersebut. Cowok itu mendekap dan melindungi gadis itu
dari air hujan. Seakan setetes air pun tak dibiarkan untuk menyentuh gadis itu. Setelah semakin dekat dan ternyata Angga. Leya mundur selangkah
kebelakang tepat ketika Angga berhadapan denganya.
Leya:
“ga…….” (dengan bibir gemetar kedinginan)
Angga
kaget melihat sesosok wanita yang berdiri kaku didepannya. Dia mendekat kearah
Leya.
Angga:”
maafkan aku….”
Leya merasakan darahnya terasa berhenti
mengalir. Indra perasanya tak bisa lagi dirasakan. Bahkan menghindar darinya
tak bisa dia lakukan. Leya terdiam sejenak dan mencoba mendengar penjelasannya.
Tapi yang dia lihat, matanya hanya menampakkan kasihan kepadanya. Tak lagi sama
seperti Angga yang membuatnya melupakan masa kelamnya.
Leya:
“Apakah kamu berubah secepat ini atau aku yang mudah jatuh dalam aliran yang
kamu buat?? (sambil mengumpulkan tenaga
untuk berlari dari kenyataan ini)
Angga:
“ benar yang kamu katakan,,, aku mungkin seperti ayahmu…”
Leya:
(bengong)…….
“kamu
lebih menyedihkan dari ayahku!!!!!”
Dan
pada kenyataannya sekarang Angga tak seperti yang Leya kenal. Dia berubah
bahkan tak lagi pernah menghubungi Leya untuk sekedar minta maaf. Entaah….
Kenapa Leya masih berharap sekali kata maaf itu datang dan kembali seperti
semula. Leya tak mau Angga pergi seperti hujan.
Dan
sejak saat itu Leya perlahan mulai melupakkan Angga. Leya menganggap bahwa
dirinya hanyalah tempat persinggahan sementara. Seperti tempat perteduhan ketika
hujan turun.
Saat
aku mulai menaruh rasa saat hujan tiba. Begitupula saat hujan tiba aku mulai
menghapus rasa. Aku mulai tidak suka hujan. Aku tidak ingin mengingat pertemuan
pertama itu. Aku tidak ingin perpisahan itu. Hujan yang membawa kisah kita.
Hujan pula yang memisahkan rasa ini. Benar yang kamu katakan, kamu tak ingin
hujan ini redakan??? tetapi jika hujan
ini reda, maka kamu akan menunggu menjemput pelangi. Dan aku sadar aku hanyalah ada saat
hujan dan hilang seketika saat pelangi indah datang.
Kamu
datang seperti hujan dan hilang seperti hujan. Pertemuan yang sangat singkat
saat aku mulai membuka hati.
Salam: aemRA
Maaf kan aku yaa,,, ini masih cerita amatiran...
source picture: | https://janelarie17.wordpress.com/2016/01/ |