Kamis, 31 Mei 2018

HUJAN

HUJAN
#Cerita1
Hasil gambar untuk payung saat hujan
sejenak singgah lalu pergi


Hujan jatuh ke bumi tanpa membisu. Menandakan kamu harus menghindarinya secepat mungkin. Sebab dia membawa kebahagiaan namun bisa meninggalkan luka. Sama seperti jatuh cinta. Datang tiba-tiba pergi pun tak coba-coba. Oleh sebab itu, jangan mudah menaruh hati kepada seorang kalau tak ingin membuat luka. Namun putaran cinta akan selalu ada, sebab mencintai  hanya butuh 3 detik saja.

Matahari mulai keluar dari peradabannya. Suara alarm berbunyi sejak pukul 5 pagi tadi, tetapi Leya belum juga bangun dari penjelajahan mimpinya. Dibalik tirai putih cahaya matahari mengelus wajah putih gadis itu. Bibir merah dengan mata coklatnya yang siapa saja ingin terus memandangnya. Suara wanita paruh baya yang sejak dari tadi membangunkannya mulai tidak terdengar lagi. Dan gadis itu terbangun saat  kucingnya yang bernama “bom-bom” mulai menyelinap masuk ke selimutnya. Matanya mulai tertuju kearah jam dan melihat pukul setengah 7 pagi. Gadis itu langsung berlari dan pergi ke kamar mandi. Dia tergesa-gesa karena ini hari pertama dia menjadi mahasiswa. Tanpa sarapan terlebih dahulu,dia langsung pamitan dan langsung berangkat dengan berlari kecil. Leya baru saja merayakan hari ulang tahunnya yang ke-18 tahun dan baru saja diterima di Universitas impiannya. Itu bagaikan kado paling istimewa yang diterima dalam hidupnya.
Leya hanya tinggal bersama ibunya. Orang tuanya bercerai saat dia baru merayakan ulang tahunnya yang ke-13 tahun. Sejak saat itu, kepribadiannya mulai sedikit berubah. Dan dia mulai membenci hari ulang tahunnya. Karna baginya, merayakan hari ulang tahunnya itu sama saja merayakan hari perpisahan kedua orang tuanya. Dia juga mulai membenci sosok yang bernama laki-laki.
“Semua laki-laki itu sama” kata yang sering dia lontarkan kepada ibunya saat ibunya ingin menikah lagi.
Sebelum masuk perkuliahan, mahasiswa di wajibkan untuk mengikuti OSPEK selama satu minggu dan harus tiba sebelum pukul 7 pagi. Dalam OSPEK tersebut, tidak hanya pengenalan kampus tetapi juga mahasiswa diminta untuk saling mengenal satu sama lain. oleh karena itu semua mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok tertentu. Leya kebagian kelompok 2 merah. Kelompok itu di bagi lagi menjadi kelompok yang di sebut kelompok sahabat, terdiri dari 5 cowok dan 3 cewek. Dia merasa sedikit risih karna kelompok sebelumnya masih kebanyakan cewek.Tugasnya tidak rumit, mereka diminta membuat poster tentang Krisis Pangan dan berfoto di beberapa tempat yang menjadi ciri khas kampus itu.
Hari kedua sampai hari ketujuh tak seburuk hari pertama yang leya hadapi. Dari mulai pukul 5 Leya sudah bersiap-siap menuju kampus. Perkenalan kampus hampir selesai. Saat menyelesaikan tugas akhir poster dan mau balik ke rumah, tiba-tiba hujan turun dengan deras nya. Leya tidak begitu  panic karna dia selalu membawa payung. Karna siapa yang tidak kenal dengan kota hujan.
” Walaupun siangnya terik, hujan tiba-tiba saja turun tanpa tau kapan harus jatuh dan reda,begitulah kota bogor” sahut Leya dalam hati.
Saat Leya membuka payungnya, tiba-tiba dari arah belakang sosok laki-laki berlari dan merampas payung miliknya.
“ Bolehkah aku berteduh sejenak?? ( sambil menatap kearah mata Leya)
Leya kaget dan kaku tidak bisa mengalihkan pandangannya. Matanya membaca pikiran laki-laki itu. Dan mengangguk tanpa membantah sedikitpun.
“iyaa” dengan lembutnya dia menjawab
  Leya baru tersadar bahwa laki-laki itu adalah salah satu kelompok sahabatnya. Namanya Angga satu fakultas dengannya.  Di bawah payung hitam miliknya, Leya sedikit pun tak mengelurkan suara. Entahh karna dia benci atau malu untuk berbincang dengan Angga. Tetapi dalam pikirannya Leya, jelas terngiang bahwa ini pertama kalinya dia tak memiliki jarak dengan seorang laki-laki sejak kepergiannya ayahnya. Tetapi pandangan itu membuat Leya tak berpikir jernih, seolah-olah dia dibawa kealam dimana kasih sayang ayahnya sangatlah besar sebelum menginjak umurnya yang ke-13 tahun itu. Hembusan angin dan rintikan hujan saat itu membuat suasana semakin ingin membuatnya kembali kemasa bahagianya dulu yang penuh dengan kebahagiaan. Sejak saat itu, bagaikan hujan sengaja turun untuk pertemuan kita saat senja mulai menghilang di balik gedung kampus.
Pagi-pagi Leya sudah siap berangkat dan berpamitan kepada ibunya. Leya sedikit berubah sejak pagi tadi, dia mulai berbicara halus kepada ibunya. Tak membicarakan seorang laki-laki lagi. Tak mencaci ayahnya lagi. Tak lagi mengusik tentang pernikahan ibunya lagi. Ibunya merasa aneh dan beranggapan Leya sedang dirasuki. Dan ternyata sejak pertemuan Leya dengan Angga itulah yang membuat Leya berubah 180 derajat dan kembali seperti Leya berumur 13 tahun.
Hari- hari Leya tidak lagi seburam sejak dia membenci ayahnya. Leya mulai menerima keadaan. Ibunya sangat bahagia dengan hal itu. Leya pun mulai cerita-cerita tentang pengalaman kuliah kepada ibunya. Bahkan dia selalu tidur di pangkuan ibunya setiap malam dia cerita.
satu bulan berlalu…..
 Saat Leya sibuk-sibuknya kuliah. Angga tiba-tiba mengirim pesan kepada Leya.
Angga: “Hi …..”
Angga: “eeh sorry gue salah kirim”
Angga: “Ini Leya bukan???”
Angga: “eeh salah orang yaaa… sorry”
Leya: “ya,,, ada apa ga??”
Angga: “Aku suka kamu sejak hujan turun pada saat itu”
Deghh……
Leya tertegun melihat pesan masuk itu, dia ingin membalasnya. Tetapi bingung ingin membalas apa.
Leya: “Maksudnya apa ya ga???”
Angga: “Payung kamu bagus, beli dimana??”
Dan Leya seolah-lah perasaannya dimainkan saat itu. Dia pun tidak membalas pesan Angga lagi.
Saat Leya turun dari kamar dan mau berpamitan, tiba-tiba sesosok laki-laki sudah duduk menunggunya dan sedang mengobrol asyik dengan ibunya Leya. Siapa lagi kalau bukan Angga. Dia sedikit malu dengan ibunya dan segera menyusul ke arah mereka dan menyela pembicaraan mereka.
Leya: “ada apa ini. Kenapa pagi-pagi kamu sudah ada disini???”
Ibu: “ini toh temen yang sering kamu ceritakan setiap malam ke ibu ,,,,”
Angga: “waaahhhh,, benarkah tante??”
Dan seketika itu Leya berpamitan dan berangkat dengan berlari.
Leya: “Leya berangkat ya buk,,, maaf gak bisa sarapan bareng…”
Angga juga berpamitan dan menyusul Leya sambil ikut berlari. Tiba-tiba menarik tangan Leya sampai Leya berbalik kearahnya. Sejenak tatapan mereka mengartikan bahwa ada kilatan cinta dikedua mata mereka.
Leya tak lagi menyembunyikan perasaan sukanya. Mereka sama-sama suka sejak mereka berada di bawah payung yang sama. Bahkan saat hujan turun, Angga selalu mengingatkan Leya bahwa dia tak ingin hujan ini reda,karna dia ingin menikmatinya bersama Leya dibawah payung yang sama. Tetapi jika hujan ini reda, mungkin akan ada pelangi diantara kita.
Angga mengajak Leya keluar makan malam berdua. Ini adalah first time bagi Leya, karna keluar berdua bersama laki-laki terakhir bersama ayahnya 5 tahun yang lalu.
Setelah makan malam itu, Angga tak lagi memberikan kata-kata manis setiap hari. Pagi, siang, malam Leya selalu menunggu balasan pesan dari Angga. Tetapi Angga menghilang seperti hujan saat matahari mulai menampakkan dirinya.
Ketika Leya pulang dari kampus, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Leya lupa membawa payung pertama kalinya. Dia berlari kecil sambil mencari tempat untuk berteduh. Dan memilih halte bis dekat fakultas. Suasana hening dan sepi, hanya dia sendiri ditempat itu. Dari jarak jauh terlihat sesosok wanita dan laki-laki berlari kecil kearah halte tersebut. Cowok itu mendekap dan melindungi gadis itu dari air hujan. Seakan setetes air pun tak dibiarkan untuk menyentuh gadis itu. Setelah semakin dekat dan ternyata Angga. Leya mundur selangkah kebelakang tepat ketika Angga berhadapan denganya.
Leya: “ga…….” (dengan bibir gemetar kedinginan)
Angga kaget melihat sesosok wanita yang berdiri kaku didepannya. Dia mendekat kearah Leya.
Angga:” maafkan aku….”
 Leya merasakan darahnya terasa berhenti mengalir. Indra perasanya tak bisa lagi dirasakan. Bahkan menghindar darinya tak bisa dia lakukan. Leya terdiam sejenak dan mencoba mendengar penjelasannya. Tapi yang dia lihat, matanya hanya menampakkan kasihan kepadanya. Tak lagi sama seperti Angga yang membuatnya melupakan masa kelamnya.
Leya: “Apakah kamu berubah secepat ini atau aku yang mudah jatuh dalam aliran yang kamu buat??  (sambil mengumpulkan tenaga untuk berlari dari kenyataan ini)
Angga: “ benar yang kamu katakan,,, aku mungkin seperti ayahmu…”
Leya: (bengong)…….
“kamu lebih menyedihkan dari ayahku!!!!!”
Dan pada kenyataannya sekarang Angga tak seperti yang Leya kenal. Dia berubah bahkan tak lagi pernah menghubungi Leya untuk sekedar minta maaf. Entaah…. Kenapa Leya masih berharap sekali kata maaf itu datang dan kembali seperti semula. Leya tak mau Angga pergi seperti hujan.
Dan sejak saat itu Leya perlahan mulai melupakkan Angga. Leya menganggap bahwa dirinya hanyalah tempat persinggahan sementara. Seperti tempat perteduhan ketika hujan turun.
Saat aku mulai menaruh rasa saat hujan tiba. Begitupula saat hujan tiba aku mulai menghapus rasa. Aku mulai tidak suka hujan. Aku tidak ingin mengingat pertemuan pertama itu. Aku tidak ingin perpisahan itu. Hujan yang membawa kisah kita. Hujan pula yang memisahkan rasa ini. Benar yang kamu katakan, kamu tak ingin hujan ini redakan???  tetapi jika hujan ini reda, maka kamu akan menunggu menjemput pelangi. Dan aku sadar aku hanyalah ada saat hujan dan hilang seketika saat pelangi indah datang.
Kamu datang seperti hujan dan hilang seperti hujan. Pertemuan yang sangat singkat saat aku mulai membuka hati.

Salam: aemRA

Maaf kan aku yaa,,, ini masih cerita amatiran...
source picture: https://janelarie17.wordpress.com/2016/01/


Bagaimana menerima diri

#RandomModeOn Hello guys, di blog kali ini aku mau cerita random aja sih. Awakard ……   Anggap aja ini aku mau berbagi rahasia ya. X:...