Mimpi di atas secarik kertas
Wajah itu masih sama dari 5 tahun yang lalu. Namun bedanya
kini ia harus menanggung semuanya. Amanah yang terus menerus diberikan
kepadanya membuatnya merintih pelan pada
dirinya. Tenanglah, penderitaanmu tak akan lama lagi. Bisikku, seraya bercermin
dan terus memandang wajah mungil itu. Aku masih tersenyum.
Lalu merebahkan tubuhku melepaskan segala beban yang terus menghujam seisi
kepala. Namun entah kenapa bayangan kebodohan itu terus mengangguku membuatku
sulit terpejam saat menanggung amanah yang membuatku merasa tak punya apa yang
harus aku perjuangkan.
*******
Bogor, 4 Januari 2019
*******
Bogor, 4 Januari 2019
lalu, bagaimana lagi?
kalian tetap saja mematahkan semangatku.
Bogor, 8 Januari 2019
sebodoh apa?
sebodoh penantian bulan memancarkan kelap kelip kehijauan?
Bogor, 12 Januari 2019
apakah hanya dengan memiliki lautan emas baru kalian bisa
menundukkan pandangan kepadaku?
Bogor, 15 Januari 2019
aku
tau, garis tidak akan terbentuk tanpa titik-titik kecil. Begitu juga dengan
hidup, tak akan terbentuk tanpa adanya penghinaan terlebih dahulu. Begitu
bukan?
Langkah
kaki itu menghentikan aktivitasnya. Sesegera mungkin dia menutup Diary yang ada
dipangkuannya lalu beranjak pulang ke kosannya. Namun
detak jam di tangannya menjadi pengingatnya
selalu bahwa tak sedetik pun waktu yang akan dia sia-siakan. Dia melangkah
cepat dan sempat terhenti ketika wajahnya melintasi cermin berbingkai pengharapan yang mulai
membangun kepercayaan diri lalu mencoba untuk tersenyum. Langkah kakinya menuju
halte seperti cheetah yang memburu mangsanya. Wajah itu masih mencoba untuk
tersenyum, saat sekilas memantul di kaca spion bis.
#Bersambung